“MAKALAH PERKEMBANGAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2015”

Semua tentang tugas kuliah // Rabu, 27 September 2017

“MAKALAH PERKEMBANGAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2015”

 














Disusun Oleh :

Reni Susilawati

Dosen
Antoni .SE.,MM


KELAS 4EA15
FAKULTAS EKONOMI
JURUSAN MANAJEMEN
MATA KULIAH : PEREKONOMIAN INDONESIA
UNIVERSITAS GUNADARMA



KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala Rahmat, sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah  ini dalam bentuk maupun isinya yang mungkin sangat sederhana. Makalah ini berisikan tentang “Manajemen Data dalam Windows 7”.
Makalah ini kami buat dalam rangka memenuhi tugas mata pelajaran “Pengenalan Teknologi Komputer & Informasi B”. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk dan juga berguna untuk menambah pengetahuan bagi para pembaca.
          Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang kami miliki sangat kurang. Oleh karena itu kami harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.


Bekasi, 16 Juni 2017



         Penulis, Kelompok 4



DAFTAR ISI

COVER ..........................................................................................................................................1
KATA PENGANTAR ................................................................................................................. 2
DAFTAR ISI ............................................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang  .............................................................................................................. 4
B.     Tujuan dan  Manfaat ...................................................................................................... 4
BAB II PEMBAHASAN
-          Pengertian Pembangunan Ekonomi Daerah dan otonomi Daerah ................................. 5
-          Faktor – Faktor Penyebab Ketimpangan Pembangunan Daerah ................................... 8
-          Pembangunan Indonesia Bagian Timur  ........................................................................ 9
-          Teori dan analisis Pembangunan ekonomi daerah ........................................................ 10
-          Model analisis pembangunan daerah ........................................................................... 11
BAB III PEMBAHASAN
-          Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Jawa Timur Tahun 2015 ........................................... 12
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................18



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang 
Pertumbuhan ekonomi merupakan tujuan perekonomian suatu negara dalam jangka panjang. Dalam hal ini pertumbuhan ekonomi mengukur prestasi dan perkembangan suatu perekonomian dalam satu periode ke periode selanjutnya. Pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan kapasitas dalam jangka panjang dari negara yang bersangkutan untuk menyediakan berbagai barang ekonomi kepada penduduknya. (Todaro, 2006)

Kemampuan suatu negara dalam masa dan periode tersebut dalam  menghasilkan barang dan jasa akan meningkat seiring dengan besarnya pertumbuhan faktor - faktor produksi. Semakin besar faktor produksi, semakin besar pula barang dan jasa yang dihasilkan dan pertumbuhan ekonomi suatu negara akan tercapai. Tingkat pertumbuhan ekonomi yang dicapai oleh suatu negara diukur dari perkembangan pendapatan nasional riil yang dicapai oleh suatu negara/daerah (Sukirno,2004).

Melalui pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi, diharapkan kesejahteraan masyarakat secara bertahap akan dapat pula ditingkatkan (Sjafrizal, 2012).

B. Tujuan dan Manfaat                                                                   
           
Makalah ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu tugas dari mata kuliah Pengenalan Perekonomian Indonesia. Diharapkan makalah ini dapat bermanfaat bagi kami khususnya dan bagi pembaca umumnya. 

            Manfaat yang dapat diperoleh yaitu memberikan wawasan dan informasi bagi pembaca.Informasi yang diberikan mengenai perkembangan daerah provinsi jawa timur pada tahun 2015



BAB II
    PEMBAHASAN

PEMBANGUNAN EKONOMI DAERAH DAN OTONOMI DAERAH

2.1 Pengertian Pembangunan Ekonomi Daerah dan otonomi Daerah
2.1.1 Pengertian Pembangunan Ekonomi Daerah
Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses saat pemerintah daerah dan masyarakat mengelola sumber daya yang ada dan selanjutnya membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah daerah dengan sektor swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi (pertumbuhan ekonomi) dalam wilayah tersebut. (Lincolin Arsyad, 1999).
Masalah pokok dalam pembangunan daerah berada pada penekanan terhadap kebijakan-kebijakan pembangunan yang berdasarkan pada kekhasan daerah yang bersangkutan (endogenous development) dengan menggunakan potensi sumber daya manusia, kelembagaan, dan sumber daya fisik secara lokal (daerah). Sehingga kita perlu melakukan pengambilan inisiatif-inisiatif yang berasal dari daerah tersebut dalam proses pembangunan untuk menciptakan kesempatan kerja baru dan merangsang kegiatan ekonomi.
Pembangunan ekonomi daerah merupakan suatu proses, yaitu proses yang mencakup pembentukan-pembentukan institusi baru, pembangunan industri-industri alternatif, perbaikan kapasitas tenaga kerja yang ada untuk menghasilkan produk dan jasa yang lebih baik, identifikasi pasar-pasar baru, dan pengembangan perusahaan-perusahan baru.
Setiap upaya pembangunan ekonomi daerah mempunyai tujuan utama untuk meningkatkan jumlah dan jenis peluang kerja untuk masyarakat daerah. Untuk mencapai tujuan tesebut, pemerintah daerah dan masyarakat harus secara bersama-sama mengambil inisiatif pembangunan daerah. Oleh karena itu, pemerintah daerah beserta daerah beserta partisipasi masyarakatnya dan dengan dengan menggunakan sumber daya yang ada harus memperkirakan potensi sumber daya yang diperlukan untuk merancang dan membangun perekonomian daerah. (Lincolin Arsyad, 1999).
Pembangunan ekonomi sejak Pelita I hingga krisis 1997 memang telah memberi hasil yang positif terhadap perekonomian Indonesia, apalagi jika dilihat dari kinerja ekonomi makronya. Tingkat PN riil per kapita mencapai peningkatan yang pesat dari US$50 (1960) dan lebih dari US$1000 (1990-an). Oleh karena itulah, Indonesia sempat disebut-sebut sebagai calon negara industri baru di Asia Tenggara.
Namun, ternyata ditinjau dari tingkat kualitasnya, pembangunan ekonomi pada masa orde baru telah menimbulkan kesenjangan yang besar sehingga ada ketimpangan dalam distribusi pendapatan antar kelompok pendapatan, maupun kesenjangan ekonomi/pendapatan daerah. Hal ini membuat masyarakat yang merasakan bahwa pembangunan ekonomi ini tidak merata, ingin melepaskan diri dari Indonesia.
Ada beberapa indikator untuk menganalisis derajat kesenjangan dalam pembangunan ekonomi antar provinsi, yaitu produk domestik regional bruto (PDRB) per provinsi dalam pembentukan PDB nasional, PDRB atau pengeluaran konsumsi rumah tangga rata-rata per kapita, indeks pembangunan manusia (IPM), kontribusi sektoral terhadap pembentukan PDRB, dan tingkat kemiskinan.

2.1.2 Pengertian Otonomi Daerah
            Otonomi daerah di Indonesia adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Terdapat dua nilai dasar yang dikembangkan dalam UUD 1945 berkenaan dengan pelaksanaan desentralisasi dan otonomi daerah di Indonesia, yaitu:
1.  Nilai Unitaris, yang diwujudkan dalam pandangan bahwa Indonesia tidak mempunyai kesatuan pemerintahan lain di dalamnya yang bersifat negara ("Eenheidstaat"), yang berarti kedaulatan yang melekat pada rakyat, bangsa dan negara Republik Indonesia tidak akan terbagi di antara kesatuan-kesatuan pemerintahan; 
2.  Nilai dasar Desentralisasi Teritorial, dari isi dan jiwa pasal 18 Undang-undang Dasar 1945 beserta penjelasannya sebagaimana tersebut di atas maka jelaslah bahwa Pemerintah diwajibkan untuk melaksanakan politik desentralisasi dan dekonsentrasi di bidang ketatanegaraan.
Dikaitkan dengan dua nilai dasar tersebut di atas, penyelenggaraan desentralisasi di Indonesia berpusat pada pembentukan daerah-daerah otonom dan penyerahan/pelimpahan sebagian kekuasaan dan kewenangan pemerintah pusat ke pemerintah daerah untuk mengatur dan mengurus sebagian sebagian kekuasaan dan kewenangan tersebut. Adapun titik berat pelaksanaan otonomi daerah adalah pada Daerah Tingkat II (Dati II)dengan beberapa dasar pertimbangan :
1.  Dimensi Politik, Dati II dipandang kurang mempunyai fanatisme kedaerahan sehingga risiko gerakan separatisme dan peluang berkembangnya aspirasi federalis relatif minim
2.  Dimensi Administratif, penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan kepada masyarakat relatif dapat lebih efektif
3.  Dati II adalah daerah "ujung tombak" pelaksanaan pembangunan sehingga Dati II-lah yang lebih tahu kebutuhan dan potensi rakyat di daerahnya.

Atas dasar itulah, prinsip otonomi yang dianut adalah:
1.   Nyata, otonomi secara nyata diperlukan sesuai dengan situasi dan kondisi obyektif di daerah

2. Bertanggung jawab, pemberian otonomi diselaraskan/diupayakan untuk memperlancar pembangunan di seluruh pelosok tanah air; dan

3   Dinamis, pelaksanaan otonomi selalu menjadi sarana dan dorongan untuk lebih baik dan maju

Aturan Perundang-Undangan

Beberapa aturan perundang-undangan yang berhubungan dengan pelaksanaan Otonomi Daerah:
1.  Undang-Undang No. 5 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Pemerintahan Di Daerah.
2.  Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah.
3.  Undang-Undang No. 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah.
4.  Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.
5.  Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah.
6.  Perpu No. 3 Tahun 2005 tentang Perubahan atas Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.
7.  Undang-Undang No. 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.

2.2  Faktor – Faktor Penyebab Ketimpangan Pembangunan Daerah
            Berikut beberapa faktor utama penyebab terjadinya ketimpangn pembangunan ekonomi dalam satu wilayah Negara :
·         Konsentrasi Kegiatan ekonomi, Konsentrasi kegiatan ekonomi yang tinggi di daerah tertentu merupakan salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya ketimpangan pembangunan antar daerah. Ekonomi daerah dengan konsentrasi kegiatan ekonomi tinggi cenderung tumbuh pesat. Sedangkan daerah dengan tingkat ekonomi yang rendah cenderung mempunyai tingkat pembanguan dan pertumbuhan ekonomi yang lebih rendah.
·         Alokasi Investasi, Indikator lain juga yang menunjukkan pola serupa adalah distribusi investasi (I) langsung, baik yang bersumber dari luar negeri (PMA) maupun dari dalam negeri (PMDN). Berdasarkan teori pertumbuhan ekonomi Harrod-Domar, bahwa kurangnya I di suatu wilayah membuat pertumbuhan ekonomi dan tingkat pendapatan masyarakat per kapita di wilayah tersebut menjadi rendah, karena tidak adanya kegiatan ekonomi yang produktif, seperti industri manufaktur. 
·         Mobilitas antar Faktor Produksi yang Rendah antar Daerah , Kehadiran buruh migran kelas bawah adalah pertanda semakin majunya suatu negara. Ini berlaku baik bagi migran legal dan ilegal. Ketika sebuah negara semakin sejahtera, lapisan-lapisan masyarakatnya naik ke posisi ekonomi lebih tinggi (teori Marxist: naik kelas).  Fenomena “move up the ladder” ini dengan sendirinya membawa kepada konsekuensi kosongnya lapisan terbawah. Walaupun demikian lapisan ini tidak bisa dihilangkan begitu saja. Sebenarnya lapisan ini sangat substansial, karena menopang “ladders” atau lapisan-lapisan yang berada di atasnya.
·         Perbedaan SDA antar Provinsi , Dasar pemikiran klasik mengatakan bahwa pembanguan ekonomi di daerah yang kaya SDA akan lebih maju dan masyarakatnya lebih makmur dibandingkan dengan daerah yang miskin SDA. Sebenarnya sampai dengan tingkat tertentu pendapat ini masih dapat dikatakan, dengan catatan SDA dianggap sebagai modal awal untuk pembangunan. Dalam proses pemulihan ekonomi nasional, pelaksanaan program desentralisasi yang tergesa-gesa tanpa kesiapan memadai sebaliknya malah akan mengganggu pemulihan ekonomi yang pada gilirannya akan merugikan pembangunan ekonomi daerah sendiri.
·         Perbedaan Kondisi Demografis antar Provinsi, Kondisi demografis antar provinsi berbeda satu dengan lainnya, ada yang disominasi oleh sektor pertanian, ada yang didominiasi oleh sektor pariwisata, dan lain sebagainya. Perbedaan kondisi demografis ini biasanya menyebabkan pembangunan ekonomi tiap daerah berbeda-beda.
·         Kurang Lancarnya Perdagangan antar Provinsi , Kurang lancarnya perdagangan antar daerah juga menyebabkan ketimpangan ekonomi regional di Indonesia. Pada umumnya ketidak lancaran tersebut disebabkan karena keterbatasan transportasi dan komunikasi.

2.3 Pembangunan Indonesia Bagian Timur
Sebagaimana kita ketahui bahwa daerah Kalimantan Selatan sebagaimana daerah Kalimantan umumnya yang merupakan salah satu pulau terbesar yang ada di wilayah negara kita. Dengan jumlah penduduk yang mendiami wilayah ini hanya sebesar 6% dari total penduduk Indonesia, maka akan berdampak pada aktivitas ekonomi yang ada di wilayah ini.
Komoditas yang menjadi unggulan untuk wilayah ini adalah sektor pertambangan dan galian, sub sector perkebunan dan subsektor kehutanan. Ketiga sektor ini memberikan sumbangan besar bagi pendapatan nasional.
Dilihat dari infrastruktur transportasi, pelabuhan laut lebih mendominasi dibandingkan dengan yang lainnya. Hal ini sangat wajar dengan kondisi geografis dari Kalimantan yang lebih banyak rawa dibandingkan dengan daratannya yang memungkinkan sektor pelabuhan laut dan lalulitas angkutan sungai, danau, dan penyeberangan lebih berkembang dibandingkan dengan transportasi darat.
Pembangunan jalan di pulau ini masih relative rendah bila dibandingkan dengan luas wilayah pulau ini. Hal ini sangat signifikan sekali dengan jumlah kendaraan yang berada di wilayah ini hanya sebesar 5,8% dari jumlah kendaraan yang ada di Indonesia. Hal ini pula yang menyebabkan rendahnya tingkat mobilitas dan tingginya biaya transportasi sehingga wilayah ini kehilangan daya saingnya dalam menarik investasi.
                                                                                                                                      
Dan saat ini akses masyarakat Kalimantan terhadap air bersih, hanya sebesar 44% yang dapat menikmati air bersih sedangkan sisanya belum mendapatkan akses terhadap air bersih.


2.4 Teori dan analisis Pembangunan ekonomi daerah
Ada sejumlah teori yang dapat menerangkan kenapa ada perbedaan dalam tingkat pembangunan ekonomi antardaerah diantaranya yang umum di gunakan adalah teori basis ekonomi,teori lokasi dan teori daya tarik industri.
1. Teori pembangunan ekonomi daerah
a. Teori basis ekonomi
Teori basis ekonomi menyatakan bahwa faktor penentu utama pertumbuhan ekonomi suatu daerah adalah berhubungan langsung dengan permintaan akan barang dan jasa dari luar daerah.
b. Teori lokasi               
Teori lokasi juga sering digunakan untuk penentuan atau pengembangan kawasan industri di suatu dareah. Inti pemikiran dari teori ini didasarkan pada sifat rasional pengusaha/perusahaan yang cenderung mencari keuntungan setinggi mungkin dengan biaya serendah mungkin oleh karena itu , pengusaha akan memilih lokasi usaha yang memaksimalkan keuntungannya dan meminimalisasikan biaya usaha atau produksinya, yakni lokasi yang dekat dengan tempat bahan baku dan pasar.
c. Teori daya tarik industry
Dalam upaya pembangunan ekonomi daerah di Indonesia sering di pertanyakan. Jenis – jenis industri apa saja yang tepat untuk dikembangkan (diunggulkan) ? Ini adalah masalah membangun fortofolio industri suatu daerah.
2. Model analisis pembangunan daerah
Selain teori-teori di atas, ada beberapa metode yang umum digunakan untuk menganalisi posisi relative ekonomi suatu daerah; salah satu di antaranya adalah metode analisis shift-share (SS), location questitens, angka pengganda pendapatan , analisis input output (i-o) ,dan model perumbuhan Harold-domar. Berikut adalah sebagian penjelasan dari model analisis dalam pembagunaan daerah.
a. Analisis SS
Dengan pendekatan analisis ini ,dapat di analisis kinerja perekonomian suatu daerah dengan membandingkannya dengan daerah yang lebih besar ( nasional).
b. Location Quotients (LQ)
Yaitu untuk mengukur konsentrasi dari suatu kegiatan ekonomi atau sector di suatu daerah dengan cara membandingkan peranannya adalah perekonomian daerah tersebut dengan peranan dari kegiatan ekonomi atau sektor yang sampai di tingkat yang sama.
c. Angka Pengganda Pendapatan
Metode ini umum digunakan untuk mengukur potensi kenaikan pendapatan suatu daerah dari suatu kegiatan ekonomi yang baru atau peningkatan output dari suatu sektor di daerah tersebut.
d. Analisis Input-Output (I-O)
Analisis I-O merupakan salah satu metode analisis yang sering digunakan untuk mengukur perekonomian suatu daerah dengan melihat keterkaitan antarsektor dalam usaha memahami kompleksitas perekonomian daerah tersebut, serta kondisi yang diperlukan untuk mempertahankan keseimbangan antara AS dan AD.



BAB III
     PEMBAHASAN
PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2015
Pertumbuhan ekonomi secara kumulatif (Januari – Juni 2015) Jawa Timur mencapai 5,22 persen dan merupakan pertumbuhan ekonomi tertinggi kedua setelah Banten di Pulau Jawa dan lebih tinggi 0,52 poin dibandingkan pertumbuhan ekonomi Nasional (4,70 persen). Dengan begitu, Jawa Timur mampu memberikan kontribusi terhadap33 Provinsi (Nasional) sebesar 14,51 persen. 
Perekonomian Jawa Timur tahun triwulan II 2015 tumbuh sebesar 5,25 persen (y on y).Pertumbuhan terjadi pada seluruh lapanganusaha, kecuali kategori Penyediaan Listrik danGas yang mengalami kontraksi sebesar 0,56 persen. Pertambangan dan Penggalianmerupakan lapangan usaha yang mengalami pertumbuhan tertinggi sebesar 7,38 persen, diikuti oleh kategori Penyediaan Akomodasi
dan Makan Minum sebesar 7,15 persen dankategori Jasa Pendidikan sebesar 7,11 persen.
Dibandingkan triwulan sebelumnya (q-to-q)ekonomi Jawa Timur triwulan II 2015 mengalami pertumbuhan 2,83 persen. Dari sisi produksi, pertumbuhan didukung olehKelompok Usaha Pertanian, Kehutanan dan Perikanan yang mengalami pertumbuhan sebesar 6,18 persen. Hampir semua lapangan usaha mengalami p e r t u m b u h a n p o s i t i f , d i a n t a r a n y a Pertambangan dan Penggalian (8,66 persen), Industri Pengolahan (1,36 persen), Pengadaan Listrik dan Gas (2,72 persen), Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor (3,50 persen), Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum (2,96 persen), Administrasi Pemerintahan (5,02 persen), dan Jasa Lainnya (2,88 persen).
S e m e n t a r a i t u k a t e g o r i J a s a  Keuangan dan Asuransi serta Real Estate mengalami kontraksi masing- masing sebesar 1,00 persen dan 0,34 persen.Semester I 2015 (c-to-c) ekonomi Jawa Timur mengalami pertumbuhan 5,22 persen. Dari sisi produksi, s e m u a k a t e g o r i m e n g a l a m i pertumbuhan, kecuali kategori Pengadaan Listrik dan Gas yang mengalami kontraksi sebesar 0,81 persen. Pertumbuhan tertinggi terjadi pada kategori Penyediaan Akomodasi dan Konsumsi (7,15 persen), diikuti Jasa Pendidikan (7,11 persen), Informasi dan Komunikasi (6,82 persen), Jasa Perusahaan (6,79 persen), dan Transportasi dan pergudangan (6,27 persen).
Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur pada triwulan II 2015 secara y-on-y tumbuh sebesar 5,25 persen. Sebagian komponen mengalami kontraksi, sementara komponen yang mengalami pertumbuhan adalah net ekspor antar daerah, pengeluaran konsumsi pemerintah, PMTB dan pengeluaran konsumsi rumah tangga. Pertumbuhan tertinggi dialami oleh komponen net ekspor antar daerah sebesar 34,97 persen, sementara itu komponen pengeluaran konsumsipemerintah dan pengeluaran konsumsi rumah tangga mengalami kenaikanmasing-masing sebesar 6,68 persen dan 4,91 persen. Sedangkan komponen PMTB tumbuh sebesar 5,34 persen. [9] Ekonomi Jawa Timur triwulan II 2015 mengalami pertumbuhan 2,83 persen (q-to-q). Dari sisi pengeluaran pertumbuhan ini didukung oleh komponen pengeluaran konsumsi pemerintah yang mengalami pertumbuhan sebesar 30,73 persen. Komponen net ekspor antar daerah dan impor luar negeri mengalami pertumbuhan sebesar 18,02 persen dan 5,71 persen. Sedangkan komponen yang mengalami kontraksi pada triwulan II 2015 adalah ekspor luar negeri sebesar 3,37 persen. Selama semester I 2015 kondisi perekonomian Jawa Timur tumbuh sebesar 5,22 persen. Pertumbuhan tertinggi terjadi pada komponen net ekspor antar daerah yaitu sebesar 35,74 persen, Pertumbuhan tertinggi berikutnya adalah komponen pembentukan modal tetap bruto sebesar 4,89 persen. Kemudian pengeluaran konsumsi rumah tangga dan pengeluaran konsumsi pemerintah mengalami pertumbuhan sebesar 4,73 persen dan 2,61 persen. 




DAFTAR PUSAKA

0 komentar

Postingan Terbaru

INTERVIEW UMKM

LAPORAN INTERVIEW USAHA KECIL MENENGAH “AYAM KREMES KAPUK” Nama Kelompok             :  1.       Desi Utari Faradina     ...